Perancangan MOBO ini dilatarbelakangi oleh banyaknya sampah makanan, dimana tercatat sebanyak 40,32% tidak dimanfaatkan. Sejalan dengan itu terjadi beberapa perkembangan yang pesat pada sektor agribisnis dan juga meningkatnya jumlah urban farming yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian terkait pemanfaatan mikroorganisme lokal dalam pengolahan sampah makanan menjadi landasan pembuatan MOBO. MOBO menjadi wadah sekaligus komposter sampah makanan. Dalam prosesnya, sampah sisa makanan akan dicampur dengan aktivator berupa mikroorganisme, lalu difermentasi selama 10-14 hari. Hasilnya adalah adalah cairan yang mengandung nutrisi yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk tanaman. MOBO memiliki 3 fitur utama yakni wadah sampah, wadah cairan dan mekanisme pengaliran kompos cair. Dimana ketiga fitur ini terintegrasi menjadi sebuah kotak yang didesain dengan beberapa pertimbangan estetika dan fungsionalnya. Hal ini bertujuan agar menghilangkan perspektif konsumen mengenai sampah yang tidak mengenakkan. Dalam pembuatan MOBO ini digunakan pendekatan sustainable design, dengan penggunaan material recycled HDPE (High Density Polyethylene). Material tersebut dibentuk menjadi fitur MOBO dengan proses manufaktur injection molding. Pemilihan material ini dilakukan untuk dapat mendukung prinsip sustainabilitas dari MOBO ini.